Author : Dr. Ida Umami (Dosen STAIN Jurai Siwo Metro) Sumber : Jurnal Akademika STAIN Jurai Siwo Metro Vol 13 No. 2 Juli 2008 PENDAHULUAN
Pembahasan tentang manusia menjadi dasar bagi kajian-kajian ilmu lain yang sangat penting terkait dengan hidup dan kehidupan manusia. Dalam hal ini manusia terus berfikir tentang manusia: tentang kebutuhan hidup manusia dengan keberlangsungan generasi berikutnya; tentang manusia dengan lingkungannya dan alam semesta; tentang manusia dengan perkembangan dan budayanya; tentang manusia dengan kehidupan dunianya dan sesudah kehidupan itu berakhir; serta tentang manusia dengan kehidupan spiritual dan Sang Penciptanya.
Hasil pemikiran tersebut di atas pada umumnya, masih berkisar pada kajian tentang manusia dalam kaitannya dengan diri sendiri dan lingkungannya yanag masih terbatas dan belum menjangkau hakikat manusia secara utuh. Pemikiran itu juga belum menjelaskan secara penuh harkat dan martabat manusia, padahal harkat dan martabat manusia itulah yang benar-benar membedakan manusia dari makhluk-makhluk lainnya di seluruh alam semesta. Dari berbagai dokumen yang pernah dikumpulkan manusia yang mencerminkan kebutuhan-kebutuhan dirinya, kemampuan berpikir dan merasanya, kehidupan dan budayanya, kemampuan untuk merambah dan menguasai ligkungannya serta menjangkau daerah-daerah yang semakin luas, serta kemampuan spiritual sampai keimanan dan ketaqwaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Kajian mendasar tentang manusia juga menghasilkan pemahaman berkenaan hakekat manusia yang mencerminkan harkat dan martabat manusia (HMM), yang mengandung butir-butir bahwa manusia adalah: 1) makhluk yang terindah dalam pencitraannya dan paling sempurna, 2) Makhluk yang tertinggi derajatnya, 3) makhluk yang beriman dan bertaqwa, 4) makhluk yang menjadi khalifah di bumi, dan 5) makhluk yang memiliki hak asasi manusia (HAM).
Uraian tentang harkat dan martabat manusia ini tidak hanya sekadar mengidentifikasi ciri-ciri manusia yang membedakannya dari binatang, tumbuhan, mesin, dan makhluk-makhluk lainnya, melainkan lebih dari itu, mencerminkan hakekat dan makna keberadaan dan kedudukan manusia serta tujuan penciptaan manusia. Hasan (1989) menyatakan bahwa pada hakekatnya tujuan utama pendidikan adalah melahirkan manusia yang mampu melakukan hal-hal baru, tidak sekadar mengulang apa yang dilakukan generasi sebelumnya, sehingga bisa menjadi manusia kreatif, penemu dan penjelajah. Tujuan kedua pendidikan adalah untuk membentuk jiwa yang mampu bersikap kritis, membuktikan dan tidak menerima begitu saja apa yang diajarkan
0 komentar:
Posting Komentar